free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Poling Pilkada 2024 Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Ekonomi

Saat Tangan Petani Plaosan Turut Mengasuh Anak Bangsa lewat Program Makan Bergizi Gratis.

Penulis : Basworowati Prasetyo Nugraheni - Editor : A Yahya

24 - Nov - 2025, 18:49

Placeholder
Kehadiran Program MBG Telah memberikan Efek Domino pada Para Petani

JATIMTIMES  - Kabut tipis masih menyelimuti hamparan lahan terasering di Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, Senin pagi (24/11). Udara dingin yang menusuk tulang di kaki Gunung Lawu itu tidak menyurutkan semangat Sarmi (48) menyirami tanaman kol yang tampak segar dan padat.

Berbeda dengan panen-panen tahun sebelumnya yang sering kali diiringi kecemasan apakah hasil panen akan  terjual atau terbuang,kali ini wajah Sarmi tampak cerah. Keranjang-keranjang bambu miliknya sudah memiliki "tuan". 

Baca Juga : Merawat Budaya untuk Memperkuat Pendidikan: Edutalk FIP Unikama Dorong Paradigma Baru

Sayuran itu tidak lagi menumpuk di pinggir jalan menunggu tengkulak yang menawar sadis, melainkan akan segera dikirim ke Dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi yang beroperasi di desanya. 

Kehadiran Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi ( SPPG) telah mengubah lanskap tersebut. Melalui kerja sama dengan Koperasi Unit Desa (Kopdes ) dan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang bertindak sebagai aggregator, sekarang petani mendapatkan kepastian serapan pasar.

Program Makan Bergizi Gratis (MBG), sebuah inisiatif nasional ini nyatanya memberikan efek domino yang mengejutkan bagi sektor hulu pertanian. Bagi petani Plaosan, ini bukan sekadar pesanan rutin, tapi ini adalah pengakuan atas jerih payah mereka. "Sekarang kami lebih tenang, karena sudah tahu siapa yang beli. Harganya juga masuk akal, kami bisa menyisihkan untung lebih banyak dari sebelumnya" tambah Sarmi. 

Di balik kalkulasi ekonomi, terselip rasa bangga yang mendalam di hati petani- petani plaosan, mereka  menuturkan bahwa ada kepuasan batin ketika mengetahui hasil taninya dikonsumsi oleh anak-anak sekolah di daerahnya sendiri. "Rasanya beda,. Kalau dulu hanya jual ke pasar saja . Tapi sekarang, saya membayangkan tanaman sawi saya ini dimakan anak-anak SD biar mereka sehat, biar pintar"

"Kami yang hanya petani kecil ini jadi merasa ikut membantu anak-anak itu untuk dapat makanan yang bergizi" ujarnya. 

Ungkapan dari petani seperti Sarmi ini seperti menciptakan sebuah ikatan emosional baru. Petani tidak lagi merasa sebagai objek pinggiran dalam pembangunan, melainkan subjek vital dalam rantai ketahanan pangan nasional.

Ada semangat yang tumbuh di antara bedengan-bedengan sawi dan kol, kesadaran bahwa cangkul mereka turut menjaga masa depan generasi penerus.

Fenomena yang terjadi di Plaosan ini menarik perhatian dari kalangan akademisi untuk memberikan pendapatnya. Prof. Dr. Ir. Eko Handayanto Guru Besar Fakultas Pertanian dari Universitas Brawijaya (UB) , menilai integrasi program MBG dengan petani lokal merupakan implementasi nyata dari konsep Short Food Supply Chain (Rantai Pasok Pangan Pendek).

Baca Juga : Wali Kota Blitar Tegaskan Komitmen Kota Ramah Lansia lewat Penyaluran PKH Plus 2025

"Secara teoritis, program MBG ini memangkas rantai distribusi yang selama ini terlalu panjang dan inefisien. Dengan local sourcing, margin yang biasanya dimakan oleh rantai tengah kini bisa dinikmati oleh petani," jelas Prof Eko. 

Lebih lanjut, ia menjelaskan adanya unsur Inclusive Business Model. Program pemerintah tidak hanya bertindak sebagai jaring pengaman sosial bagi siswa sebagai penerima manfaat hilir,tetapi juga sebagai stimulus fiskal bagi produsen lokal. 

"Ini adalah Multiplier Effect. Uang negara berputar di desa, meningkatkan daya beli petani, yang pada akhirnya akan menggerakkan roda ekonomi desa secara agregat. Kuncinya ada pada konsistensi penyerapan dan pendampingan kualitas" tegasnya.

Meski angin segar sedang berhembus, tantangan tetap ada. Para petani di Plaosan kini dituntut untuk menjaga kontinuitas pasokan dan standar kualitas yang ketat agar sesuai dengan spesifikasi gizi yang ditetapkan dari Program MBG ini.

Di wajah  Sarmi, dan ratusan petani lainnya, tersirat harapan bahwa program ini bukan sekadar kebijakan sesaat, melainkan awal dari kedaulatan petani yang sesungguhnya.

Kebahagiaan mereka bukan sekadar soal uang, melainkan kepastian bahwa keringat mereka yang menetes tidak sia-sia. Ada rasa aman yang kini tumbuh subur, sesubur tanaman yang mereka rawat selama ini. 


Topik

Ekonomi magetan plaosan gunung lawu makan bergizi gratis prof eko handayanto



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Sidoarjo Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Basworowati Prasetyo Nugraheni

Editor

A Yahya