free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Poling Pilkada 2024 Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Peristiwa

BMKG Prediksi Musim Hujan 2025/2026 Datang Lebih Cepat, Ini Penyebab dan Dampaknya

Penulis : Mutmainah J - Editor : Yunan Helmy

13 - Sep - 2025, 14:46

Placeholder
Ilustrasi musim hujan. (Foto: Pixabay)

JATIMTIMES - Musim hujan di Indonesia tahun 2025/2026 diperkirakan datang lebih cepat dari biasanya. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dalam rilis terbarunya mengumumkan bahwa sebagian wilayah Indonesia telah diguyur hujan sejak Agustus 2025 dan akan terus meluas pada September hingga November.

Fenomena ini tidak bisa dipandang sebelah mata karena akan berdampak luas, mulai dari sektor pertanian, perkebunan, energi, hingga kesehatan masyarakat. Selain membawa peluang positif, percepatan musim hujan juga berpotensi memicu bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, dan angin kencang. Dengan kata lain, kesiapan lintas sektor menjadi sangat penting agar manfaat bisa dioptimalkan sekaligus risiko diminimalkan.

Baca Juga : Fesmed 2025 Dibuka di Makassar, AJI: Demokrasi Kita Sedang Sakit

Musim Hujan Lebih Awal, Apa Artinya untuk Indonesia?

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati,l dalam konferensi pers di Jakarta (12/9/2025) menjelaskan bahwa musim hujan kali ini cenderung maju dibandingkan rerata klimatologis periode 1991–2020. Jika biasanya hujan baru merata di akhir tahun, kali ini hujan deras sudah muncul sejak awal Agustus di beberapa daerah.

Musim hujan diperkirakan berlangsung Agustus 2025–April 2026 dengan puncak berbeda di setiap pulau:

• Sumatera dan Kalimantan: puncak pada November–Desember 2025

• Jawa, Sulawesi, Maluku, dan Papua: puncak pada Januari–Februari 2026

Perubahan pola ini menjadi penting karena memengaruhi seluruh siklus kehidupan masyarakat Indonesia, dari kalender tanam petani hingga strategi mitigasi bencana.

Data Zona Musim (ZOM) BMKG

Indonesia terbagi dalam 699 Zona Musim (ZOM) yang menjadi dasar analisis klimatologi. Dari hasil pemantauan:

- 294 ZOM (42,1%) mengalami musim hujan lebih cepat dari normal

- 50 ZOM (7,2%) sesuai pola normal

- 56 ZOM (8%) lebih lambat

- 193 ZOM (27,6%) diprediksi mengalami curah hujan di atas normal, mencakup sebagian besar Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi, Maluku, dan Papua

Artinya, hampir separuh wilayah Indonesia akan menghadapi musim hujan lebih awal dengan intensitas lebih tinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Faktor Global dan Regional yang Memengaruhi

Deputi Bidang Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan menjelaskan bahwa percepatan musim hujan tidak lepas dari dinamika iklim global:

• ENSO (El Niño–Southern Oscillation) saat ini berada pada kondisi netral (indeks –0,34), sehingga tidak memberi pengaruh besar dari Samudra Pasifik.

• IOD (Indian Ocean Dipole) tercatat negatif (–1,2), artinya ada suplai tambahan uap air dari Samudra Hindia ke Indonesia bagian barat.

• Suhu muka laut di sekitar perairan Indonesia lebih hangat 0,42°C dari rata-rata, sehingga meningkatkan pembentukan awan hujan.

• Kombinasi tiga faktor ini memicu percepatan musim hujan sekaligus meningkatkan potensi curah hujan di atas normal pada beberapa wilayah.

Dampak Positif: Peluang untuk Pertanian

Meski berisiko, musim hujan yang datang lebih cepat juga membuka peluang bagi sektor pertanian:

- Kalender tanam lebih awal → petani bisa memulai musim tanam padi dan palawija lebih cepat.

- Produktivitas meningkat → masa produksi pangan bisa lebih panjang, berpotensi mendukung swasembada pangan nasional.

- Ketersediaan air lebih baik → irigasi dan cadangan air tanah bisa terisi lebih cepat.

BMKG menyarankan petani menggunakan varietas padi tahan genangan, memperbaiki drainase sawah, dan memastikan jaringan irigasi berfungsi optimal agar hasil panen tidak terganggu meski curah hujan tinggi.

Tantangan di Sektor Perkebunan dan Energi

Selain peluang, percepatan musim hujan juga membawa tantangan serius:

Baca Juga : Buka Turnamen Catur Nasional Kajari Cup 2025, Gus Qowim Dorong Lahirnya Pecatur Berprestasi

Perkebunan: kelembaban tinggi meningkatkan risiko jamur pada kopi dan kakao, serta hama penggerek batang pada tebu. Pengendalian hama dan penyesuaian pola pemupukan perlu dilakukan lebih intensif.

Energi: bendungan dan waduk harus dikelola sejak awal agar PLTA bisa menyesuaikan operasional dengan debit air yang tinggi. Pengaturan debit yang salah bisa menimbulkan risiko banjir atau krisis pasokan listrik.

Ancaman Bencana Hidrometeorologi

BMKG menegaskan, wilayah dengan curah hujan tinggi harus meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana hidrometeorologi:

- Banjir dan banjir bandang: rawan di Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Tengah, Papua selatan

- Tanah longsor: berisiko tinggi di perbukitan Jawa Barat, Sulawesi, dan Maluku

- Angin kencang/puting beliung: meningkat pada masa peralihan musim, khususnya Oktober–November 2025

Pemerintah daerah diminta memperkuat tanggul, membersihkan saluran air, menyiapkan jalur evakuasi, dan melatih tim tanggap darurat di wilayah rawan.

Dampak pada Kesehatan Masyarakat

Selain risiko bencana fisik, musim hujan lebih dini juga berdampak pada kesehatan:

DBD (Demam Berdarah Dengue): populasi nyamuk Aedes aegypti meningkat, diprediksi lonjakan kasus terjadi Desember 2025–Januari 2026.

ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut): meningkat akibat kelembaban tinggi.

Leptospirosis: berpotensi menyebar di wilayah yang sering tergenang.

Kementerian Kesehatan mengimbau masyarakat memperkuat pola hidup bersih, rutin melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), serta menjaga kebersihan air dan lingkungan.

Kesiapsiagaan Lintas Sektor

BMKG menekankan bahwa percepatan musim hujan membutuhkan koordinasi berbagai sektor:

- Pertanian: menyesuaikan kalender tanam dan varietas.

- Perkebunan: pengendalian hama intensif.

- Energi: pengaturan debit waduk dan PLTA.

- Kebencanaan: mitigasi banjir dan longsor.

- Kesehatan: pencegahan penyakit berbasis air dan vektor.

Layanan informasi cuaca dan iklim dari BMKG dapat diakses melalui aplikasi Info BMKG, situs resmi, hingga kanal media sosial untuk mendukung perencanaan dan mitigasi di tingkat lokal maupun nasional.

Datangnya musim hujan lebih cepat di tahun 2025/2026 adalah fenomena yang harus disikapi dengan bijak. Di satu sisi, ia membawa peluang untuk meningkatkan produksi pangan dan ketersediaan air. Namun di sisi lain, risiko bencana hidrometeorologi dan penyakit tropis juga meningkat. Dengan kesiapan multi-sektor dan pemanfaatan informasi BMKG, masyarakat dapat meminimalkan dampak buruk sekaligus mengoptimalkan manfaat dari musim hujan yang lebih awal ini.


Topik

Peristiwa Musim hujan prediksi cuaca BMKG



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Sidoarjo Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Mutmainah J

Editor

Yunan Helmy