JATIMTIMES - Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Batu mencatat ada kenaikan signifikan capaian investasi tahun ini. Sejumlah sektor utama diprediksi juga masih akan tumbuh tahun depan. Yakni pariwisata, kesehatan, dan pertanian.
Diungkapkan Kepala DPMPTSP Dyah Lies Tina, tahun ini beberapa potensi sektor investasi cukup diminati. Seperti properti, pariwisata, selain itu ada hotel, restoran dan kafe (Horeka) yang dikatakan kian menjamur.
Baca Juga : Tenaga Ahli Menag Tegaskan Urgensi Pembentukan Ditjen Pesantren di Kemenag
"Ada kenaikan 6–7 persen (Investasi). Artinya Kota Batu masih diminati oleh investor," ujar Dyah saat ditemui JatimTIMES, belum lama ini.
Dengan tingginya minat investor, pihaknya tetap mendorong agar pelaku usaha tertib perizinan, jiga tertib laporan terkait pajak dan kewajiban lain. Dengan begitu, kata Dyah, pemerintah daerah bisa memfasilitasi dan persaingan antar-investor tetap sehat.
Laporan dan ketertiban perizinan menjadi komponen penting bagi Kota Batu untuk mengukur pertumbuhan ekonomi. Imbauan itu disampaikan melalui beberapa sosialisasi, salah satunya dalam Batu Investment Award setiap tahunnya.
"Bagaimana kita tahu pertumbuhan ekonomi terjadi jika laporan investasinya tidak masuk," tuturnya.
Soal target realisasi investasi tahun depan, Dyah belum menerangkan secara rinci. Namun ia memastikan, dengan pertumbuhan capaian realisasi tahun ini yang lebih tinggi dari target, niscaya akan ada kenaikan.
"Targetnya belum ditetapkan, tetapi logikanya tahun ini target Rp1,1 triliun sudah terealisasi menjadi sekitar Rp2,2 triliun. Jadi otomatis tahun depan target pasti naik," terangnya.
Baca Juga : Kado DPKPCK di HUT Kabupaten Malang: Bangun 53 Km Jalan Lingkungan hingga Perbaiki 946 Rumah
Dyah membeberkan sejumlah sektor yang berpotensi naik tahun depan. Pertumbuhannya sudah terlihat sejak tahun ini. Bai di bidang pertanian, pariwisata, dan kesehatan.
"Sekarang juga sudah ada investasi rumah sakit mata yang mulai berjalan," sebutnya.
Di samping capaian positif pertumbuhannya, Dyah tetap menggarisbawahi agar tidak ugal-ugalan. Utamanya karena keterbatasan lahan di Kota Batu dan mempertimbangkan dampaknya pada kelestarian lingkungan.
"Semoga tidak terlalu tinggi secara ekstrem. Karena kalau terlalu cepat, kita khawatir lahan makin berkurang dan persaingan usaha semakin ketat. Jika tidak sehat, pelaku usaha lama bisa tersingkir. Itu yang kami hindari," imbuh Dyah.
