TEFLIN 2025 di UB, Mendikdasmen Tegaskan Ekosistem Guru Harus Siap Hadapi Revolusi AI
Reporter
Anggara Sudiongko
Editor
A Yahya
09 - Oct - 2025, 06:22
JATIMTIMES - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed., menegaskan bahwa penguasaan bahasa Inggris bukan lagi pelengkap dalam kurikulum nasional, melainkan fondasi masa depan pendidikan Indonesia di tengah arus kecerdasan buatan. Hal ini disampaikan dalam The 71st Teaching English as a Foreign Language in Indonesia (TEFLIN) International Conference 2025, Kamis, (9/10/2025) di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Brawijaya (UB).
Bahkan mulai 2027, pemerintah akan memperkenalkan pelajaran bahasa Inggris lebih awal. Kebijakan yang disebut Mu’ti sebagai langkah strategis agar generasi muda Indonesia tidak tertinggal dalam komunikasi global dan teknologi digital.
Baca Juga : Apresiasi Pencanangan Surabaya Kota Wakaf, Lilik DPRD Jatim: Jangan Hanya Seremoni
“Ini bukan hanya soal menambah mata pelajaran, tapi membangun ekosistem,” ujarnya di Universitas Brawijaya, Malang. “Kita butuh lebih banyak guru yang kompeten mengajar bahasa Inggris, bukan hanya dari jurusan pendidikan bahasa Inggris, tapi juga guru bidang lain yang dilatih untuk itu. Mereka adalah kunci sukses kebijakan ini.”
Mu’ti menekankan bahwa masa depan pendidikan menuntut keseimbangan antara deep learning dan mindful learning. Baginya, teknologi seperti AI hanyalah alat, sementara ruh pembelajaran tetap ada pada guru. “Guru tak bisa lagi sekadar mengajar materi,” katanya. “Ia harus memantik rasa ingin tahu, menuntun siswa berpikir mendalam, dan mengelola teknologi dengan cerdas agar tetap bermakna dan menyenangkan.”
Ia menambahkan bahwa pemerintah mulai menerapkan pembelajaran berbasis kecerdasan buatan di sejumlah sekolah sejak semester ini. Program seperti coding dan AI kini sudah masuk ke kurikulum, dan ke depan, guru bahasa Inggris pun akan diarahkan untuk memadukan teknologi dengan pembelajaran berbasis nilai dan nalar kritis.
“AI bisa menganalisis data, tapi hanya manusia yang mampu menumbuhkan empati dan makna,” tegas Mu’ti. “Itulah yang membedakan pendidikan sejati dari sekadar transfer pengetahuan.”
Rektor Universitas Brawijaya, Prof. Widodo, Ph.D., mengapresiasi langkah tersebut. Menurutnya, kemampuan berbahasa Inggris akan menjadi jembatan yang mempertemukan kearifan lokal Indonesia dengan dunia global. “Kita punya ide-ide besar, tapi sering terkunci karena bahasa,” ujarnya. “Dengan kemampuan bahasa Inggris sejak dini, suara anak bangsa dari pelosok pun bisa menembus forum internasional.”
UB, melalui Fakultas Ilmu Budaya, menyatakan siap mendukung kebijakan tersebut lewat kolaborasi akademik dan pengabdian masyarakat. Program studi bahasa Inggris di FIB UB akan menjadi laboratorium bagi pelatihan guru dan pengembangan metode pembelajaran bahasa yang selaras dengan teknologi.
Baca Juga : Pendidikan Profesi Guru Masuk Program Prioritas, Mendikdasmen: Tahun Depan Tambah Kuota Jadi 808 Ribu
Sementara itu, Ketua Panitia TEFLIN 2025, Prof. Dr. Zuliati Rohmah, M.Pd., menilai pandangan Mu’ti sejalan dengan semangat konferensi tahun ini yang bertema Deep Learning and Artificial Intelligence in English Language Teaching.
“Kami ingin guru melihat AI bukan sebagai ancaman, tapi sebagai alat yang membantu menumbuhkan kreativitas,” katanya. “Pendidikan sejati tetap berpusat pada manusia, bukan pada mesin.”
Dengan demikian, pesan utama Mu’ti bergema jelas dari Malang: masa depan pendidikan Indonesia tidak ditentukan oleh teknologi, melainkan oleh seberapa dalam para guru mampu memanusiakan pembelajaran di tengah gelombang AI.
Sementara itu, The 71st TEFLIN International Conference 2025 sendiri merupakan forum internasional pengajaran bahasa Inggris yang kini berubah menjadi ajang perenungan besar: bagaimana manusia tetap menjadi pusat belajar di era kecerdasan buatan.
Selama 8-10 Oktober 2025, Gedung Samantha Krida UB menjadi simpul pertemuan 640 peserta dari 34 negara. Mereka datang bukan sekadar bertukar metode pengajaran, tapi membedah ulang makna “belajar” itu sendiri, terlebih lagi ditengah arus deep learning dan AI yang kini menggoyang dunia pendidikan.